Desa Kwaron – Penelusuran asal usul Desa Kwaron Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang mulai terkuak. Desa yang sekarang menjadi lokasi parkiran Kawasan Makam Gus Dur ini diperkirakan sudah ada sejak tahun 1040 Masehi atau era Prabu Erlangga tepatnya kerajaan Medang Kahuripan. Temuan ini menguat dengan adanya patok batu sima sebagai batas kerayaan menyerupai lingga.

Lingga ini masih ada dan bisa dijumpai di kawasan Dusun Nglerep Desa Kwaron tepatnya di pemakaman dusun tersebut. Lingga ini berdasarkan sejarah tutur diyakini sebagai tempat peribadatan pesat yang dipimpin orang kepercayaan Kerajaan Erlangga yang bernama Narapati Anja Gumitir. “Di era ini nama Kwaron belum muncul, saat itu desanya bernama Arang Kambang di era Prabu Erlangga, Medang Kahuripan di kisaran tahun 1040 masehi,” ujar Dian Sukarno pemerhati seni dan sejarah Jombang, Selasa siang (26/08/2025)
Keberadaan desa Kwaron di era Prabu Erlangga ini diperkuat lagi dengan temuan situs yang disebut Mbah Wungu. Lokasinya ada di sebelah utara desa Kwaron. Dari hasil penelusuran yang diperoleh Dian Sukarno, situs di Mbah Wungu ini pernah menjadi bagian penting dari sejarah keberadaan desa Kwaron tepatnya lokasi sang tumenggung. Patok batu lingga yang ada di Dusun Nglerep ini menjadi kawasan penting yang dipercayakan penjagaannya kepada Tumenggung Pranajati. Apalagi kawasan Arang Kambang ini menjadi salah satu lokasi penting batas kerajaan yang harus dijaga oleh tumenggung kepercayaan Raja Erlangga, sang Tumenggung Pranajati.
Sebutan Arang Kambang merupakan kawasan luas berupa rawa rawa dan perairan. Nama Arang Kambang ini berubah di era Kesultanan Demak. Daerah ini berubah nama menjadi Praon, tempat lokasi perahu perahu bersandar. Nama ini menunjukan jika kawasan ini pernah menjadi lokasi perairan besar lokasi bersandar perahu untuk melakukan perjalanan.
Dari penelusuran tim sejarah ini, menunjukan bahwa Desa Kwaron ini melampau era kerajaan berlapis. Mulai dari era Prabu Erlangga yang disebut kawasan Arang Kambang, kemudian di era Kesultanan Demak dan Pajang berubah nama menjadi Praon, terakhir era tanam paksa pada masa VOC Belanda berubah nama menjadi Kwaron.

Penelusuran yang dilakukan oleh Dian Sukarno ini menggunakan data artefaktual, arkeologi, etnoarkeologi, etnografi, topografi hingga toponimi. Enam pendekatan ini dilakukan untuk menguatkan seluruh hasil penelusuran sejarah desa. “Sebagian besar kajian sejarah selalu berkutat pada pendekatan artefaktual dan arkeologi. Tapi khusus penelusuran saya pakai semua,” kata Dian, pemilik Sanggar Lung Ayu yang telah melahirkan penari penari berbakat asal Jombang.
Penelusuran sejarah desa ini memang belum final. Masih perlu penguatan data data dari sejarah tutur untuk menguatkan hari tangga hingga tahun keberadaan kehidupan di kawasan Arang Kambang atau Desa Kwaron ini. (Bersambung).