Desa Kwaron – Setiap hari minggu, lokasi balai Desa Kwaron Kecamatan Diwek Jombang menjadi lokasi berkumpul pencinta burung. Mereka berasal dari sejumlah kota di Jawa Timur. Deru mobil masuk area parkir di halaman balai desa saat suara kicauan burung berbunyi menambah bersemangat pengelola gantangan burung.

Apalagi saat ada latihan prestasi atau perlombaan jumlah kunjungannya meningkat hingga ratusan orang. Mereka hadir dengan rombongan dan burung andalannya. Mereka adalah members dari gantangan Kebo Kicak yang sudah tidak asing bagi pecinta burung kicauan. Gantangan yang sudah puluhan tahun bertahan di lapangan yang berada tepat dibelakang kantor balai desa.
Biasanya para pecinta burung ini hadir memenuhi lokasi sejak pagi hingga sore hari. Sambil menunggu pertandingan atau sekedar latihan mereka tetap berada di lokasi kawasan tidak jauh. Tidak sedikit para pemilik burung ini mengajak keluarga atau sekedar rekan untuk membantu merawat burungnya. Tidak heran jika kegiatan yang rutin digelar seminggu dua kali ini membawa dampak peningkatan ekonomi yang menjanjikan bagi warga sekitar.
Tidak hanya makan dan minum, pemasukan dari parkir dan toilet seharusnya bisa menjadi asset tambahan Pendapatan Asli Desa (PAD). PAD dari sektor ini cukup besar jika dikelola dengan rapi dan baik.
Untuk para penjajamakanan, para pemburu berkah ‘Gantangan Kebo Kicak’ ini berdagang secara terpisah. Tanpa ada komando dan penataan dari peguyuban atau pemerintah desa. Mereka ada yang hanya berbekal meja dan aneka minuman manggung di lokasi untuk melayani para pengunjung. Sebagian lagi menyebar berdagang di emperan rumahnya masing masing sambil menunggu pecinta burung ikut nimbrung menunggu waktu bertanding.
Menikmati seruputan kopi di tengah kicauan burung yang bertanding menjadi sensasi hiburan tersendiri. Menu nasi bungkus hingga gorengan menjadi menu favorit para pengunjung gantangan sambil menunggu waktu giliran burug miliknya beraksi. Apalagi ditambah hisapan lintingan rokok tembakau.
Desa Kwaron yang ada di Kecamatan Diwek Jombang memang menjadi salah satu desa yang memiliki potensi kunjungan cukup tinggi. Baik dari peziarah makam pendiri NU KH Hasyim Asy’ari dan Presiden RI ke 4 KH Abdurahman Wahib yang ada di Komplek Tebuireng, maupun Musium Islan Indonesia KH Hasyim Asy’ari (MINHA) yang berada di Dusun Seblak Desa Kwaron. Kedua magnet wisata religi dan edukasi ini menjadi jujukan peziarah dari pelosok seluruh negeri.
Belum lagi kunjungan dari wali santri yang ada di Desa Cukir dan Desa Kwaron. Kunjungan mereka sebanding dengan jumlah santri yang jumlahnya mencapai ribuan di dalam komplek pesantren. Ribuan wali santri ini setiap minggu datang untuk menyapa anaknya sambil membawa aneka makanan dan oleh oleh untuk menyenangkan sang buah hati di tengah rasa kangen.
Magnet kunjungan peziarah, wali santri dan pecinta burung ini seharusnya bisa menjadi sumber pendapatana ekonomi yang cukup menjanjikan. Terutama bagi peningkatan ekonomi warga di Desa Kwaron. Pengelolaan pelaku UMKM yang ada di sekitar di lokasi tentu akan semakin menambah besar income bagi warga dan pemerintah desa.
Pujasera atau Pusat Jajanan Serba Ada tampaknya bisa menjadi alternative pengembangan ekonomi di masyarakat. Jika selama ini mereka kalah bersaing dengan pemain UMKM besar dari luar daerah, tentu dengan konsep membangun usaha berkelompok melalui pujasera bisa menjadi wadah yang menjanjikan pengembangannya.
Dalam bahasa kekinian pujasera ini kerap disebut Food court . Yaitusuatu area yang menjadi tempat para penjual makanan dan minuman berkumpul. Kalau dalam bahasa Indonesia, food court sering disebut dengan pujasera yang merupakan akronim dari “pusat jajanan serba ada”.
Pada umumnya, food court terdapat di pusat perbelanjaan, bandara, stasiun kereta api, kampus, atau tempat-tempat umum lainnya. Di food court, para pengunjung dapat memilih menu makanan dan minuman dari berbagai restoran atau kedai dalam satu lokasi. Kemudian, mereka bisa menikmati menu tersebut di area makan yang telah disediakan
Bukan berarti pujasera tidak boleh dibangun di desa, pujasera ini menjadi konsep pilihan saat pengunjung sudah ada. Layaknya pengunjung Gantangan Kebo Kicak yang sudah rutin datang, keberadaan pujasera ini menjadi pilihan yang menjanjikan.
Tinggal bagaimana nanti pemerintah desa bisa menata dan menjadi pemimpin orchestra pengembangan ekonomi di desa. Pembangunan pujasera di lokasi dekat keramaian bisa menjadi cara pemerintah untuk menjaring dan menarik uang pengunjung agar tidak sampai bocor keluar desa.
Desa
Kwaron – Setiap hari minggu, lokasi balai Desa Kwaron Kecamatan Diwek Jombang menjadi
lokasi berkumpul pencinta burung. Mereka berasal dari sejumlah kota di Jawa
Timur. Deru mobil masuk area parkir di
halaman balai desa saat suara kicauan burung berbunyi menambah bersemangat
pengelola gantangan burung. Apalagi
saat ada latihan prestasi atau
perlombaan jumlah kunjungannya meningkat hingga ratusan orang. Mereka hadir
dengan rombongan dan burung andalannya. Mereka adalah members dari gantangan Kebo Kicak yang sudah tidak asing bagi
pecinta burung kicauan. Gantangan yang sudah puluhan tahun bertahan di lapangan
yang berada tepat dibelakang kantor balai desa. Biasanya
para pecinta burung ini hadir memenuhi lokasi sejak pagi hingga sore hari. Sambil
menunggu pertandingan atau sekedar latihan mereka tetap berada di lokasi
kawasan tidak jauh. Tidak sedikit para pemilik burung ini mengajak keluarga
atau sekedar rekan untuk membantu merawat burungnya. Tidak heran jika kegiatan
yang rutin digelar seminggu dua kali ini membawa dampak peningkatan ekonomi
yang menjanjikan bagi warga sekitar. Tidak
hanya makan dan minum, pemasukan dari parkir dan toilet seharusnya bisa menjadi
asset tambahan Pendapatan Asli Desa (PAD). PAD dari sektor ini cukup besar jika
dikelola dengan rapi dan baik. Untuk
para penjajamakanan, para pemburu berkah ‘Gantangan Kebo Kicak’ ini berdagang
secara terpisah. Tanpa ada komando dan penataan dari peguyuban atau pemerintah
desa. Mereka ada yang hanya berbekal
meja dan aneka minuman manggung di lokasi untuk melayani para pengunjung. Sebagian
lagi menyebar berdagang di emperan rumahnya masing masing sambil menunggu
pecinta burung ikut nimbrung menunggu waktu bertanding. Menikmati
seruputan kopi di tengah kicauan burung yang bertanding menjadi sensasi hiburan
tersendiri. Menu nasi bungkus hingga gorengan menjadi menu favorit para
pengunjung gantangan sambil menunggu waktu giliran burug miliknya beraksi. Apalagi
ditambah hisapan lintingan rokok tembakau. Desa
Kwaron yang ada di Kecamatan Diwek Jombang memang menjadi salah satu desa yang
memiliki potensi kunjungan cukup tinggi. Baik dari peziarah makam pendiri NU KH
Hasyim Asy’ari dan Presiden RI ke 4 KH Abdurahman Wahib yang ada di Komplek
Tebuireng, maupun Musium Islan Indonesia KH Hasyim Asy’ari (MINHA) yang berada di
Dusun Seblak Desa Kwaron. Kedua magnet wisata
religi dan edukasi ini menjadi jujukan peziarah dari pelosok seluruh negeri. Belum
lagi kunjungan dari wali santri yang ada di Desa Cukir dan Desa Kwaron. Kunjungan mereka
sebanding dengan jumlah santri yang jumlahnya mencapai ribuan di dalam komplek
pesantren. Ribuan wali santri ini setiap minggu datang untuk menyapa anaknya
sambil membawa aneka makanan dan oleh oleh untuk menyenangkan sang buah hati di
tengah rasa kangen. Magnet
kunjungan peziarah, wali santri dan pecinta burung ini seharusnya bisa menjadi
sumber pendapatana ekonomi yang cukup menjanjikan. Terutama bagi peningkatan
ekonomi warga di Desa Kwaron. Pengelolaan pelaku UMKM yang ada di sekitar di
lokasi tentu akan semakin menambah besar income bagi warga dan pemerintah desa.
Pujasera
atau Pusat Jajanan Serba Ada tampaknya
bisa menjadi alternative pengembangan ekonomi di masyarakat. Jika selama ini
mereka kalah bersaing dengan pemain UMKM besar dari luar daerah, tentu dengan
konsep membangun usaha berkelompok melalui pujasera bisa menjadi wadah yang
menjanjikan pengembangannya.
Dalam bahasa kekinian pujasera ini kerap
disebut Food court . Yaitu suatu area yang menjadi
tempat para penjual makanan dan minuman berkumpul. Kalau dalam bahasa
Indonesia, food court sering disebut dengan pujasera yang merupakan
akronim dari “pusat jajanan serba ada”. Pada umumnya, food court terdapat di pusat perbelanjaan, bandara,
stasiun kereta api, kampus, atau tempat-tempat umum lainnya. Di food court,
para pengunjung dapat memilih menu makanan dan minuman dari berbagai restoran
atau kedai dalam satu lokasi. Kemudian, mereka bisa menikmati menu tersebut di
area makan yang telah disediakan
Bukan
berarti pujasera tidak boleh dibangun di desa, pujasera ini menjadi konsep
pilihan saat pengunjung sudah ada. Layaknya pengunjung Gantangan Kebo Kicak
yang sudah rutin datang, keberadaan pujasera ini menjadi pilihan yang
menjanjikan. Tinggal
bagaimana nanti pemerintah desa bisa menata dan menjadi pemimpin orchestra pengembangan
ekonomi di desa. Pembangunan pujasera di lokasi dekat keramaian bisa menjadi
cara pemerintah untuk menjaring dan menarik uang pengunjung agar tidak sampai bocor
keluar desa.